Minggu, 26 Oktober 2008

ENDOMETRITIS

Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang , waktu yang diperlukan intuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob. Kebanyakan sapi perah post partum mengalami beberapa derajat enometritis kecuali dapt sembuh antara 40-59 hari post partum(Bretzlaff,1987).
Biasanya karakter klinisnya adalah adanya mukopurulen yang dikeluarkan vagina, 21 hari atau lebih setelah calving atau dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Kejadian endometritis kira- kira 10 % pada ternak, meski kejadian pada kawanan sapi kurang jelas. Tetapi ada variasi yang besar pada kejadian endometritis antara yang digembalakan, dari beberapa kasus lebih dari 40% pada ternak yang dipelihara. Endometritis dianggap menyebabkan subfertil dan infertilitas. Adanya kontaminasi bakteri pada uterus akan melemahkan mileu hormonal dari hypothalamus-pituitary-poros ovarium dan menghambat pertumbuhan folikel dan perkembangannya. Infeksi uterus telah dilaporkan berhubungan dengan kenaikan kejadian penyakit cystic ovari. Lebih jauh lagi adanya dan menetapnya organisme pathologic menyebabkan endometritis. Endometritis telah mengganggu efek fertilitas ,memperpanjang calving interval, menurunkan jumlah service per conception (S/C) dan kegagalan perkawinan.
Secara ekonomi endometritis tergantung dari efek gangguan pada fertilitas, peningkatan pengafkiran, biaya treatmen. Pertimbangan biaya langsung pada kasus keluarnya vulva adalah untuk treatmen dan 300 ltr penurunan hasil susu juga peningkatan calving interval 18 hari dan peningkatan S/C 0,3. Menurut Hardjopranjoto(1995), infertilitas yang terjadi dapat berupa matinya embrio yang masih muda karena pengaru mikroorganisme sendiri atau terganggunya perlekatan embrio pada dinding uterus (kegagalan implantasi)
Etiologi
Diduga uterus dan isinya steril selama kebuntingan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, hewan, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Sapi dengan infeksi uterus dihubungkan dengan A.pyogenes lebih dari 21 postpartus berkembang menjadi endometritis berat dan hampir dapat tetap subfertil pada service pertama. Sebagai tambahan, ada sinergisme antara A.pyogenes, F.necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eleminasi kontaminasi bakteri. Distokia, kelahiran kembar atau kematian ternak dan kawin buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.
Infeksi uterus adalah alasan kejadian, menjadi paling tinggi selama waktu dikandangkan, diduga karena kontaminasi lingkungan. Lingkungan ternak yang kotor mungkin meningkatkan resiko endometritis. Noakes (1991) mendiskripsikan 2 perbedaan higienisme yang nyata pada peternakan, satu dengan lingkungan yang relatif bersih kejadian endometritis adalah 2- 3 %, dibandingkan dengan kejadian 15 % dari lingkungan yang kotor. Tetapi tidak ada perbedaan pada kualitas dan kuantitas flora bakteri uterus pada ternak sapi pada masing- masing peternakan.
Ditunda kembalinya aktivitas siklus uterus setelah kelahiran memperlihatkan predisposisi endometritis. Jika interval dari kelahiran ke ovulasi pertama sangat pendek, itu diduga piometra dapat terjadi karena A.pyogenes dan bakteri anaerob Gram negatif yang akan tetap tinggal dalam uterus setelah ovulasi, yang membiarkan pertumbuhan bakteri yang melanjut mengikuti pembentukan corpus luteum.
Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
Endometritis dapat terjadi juga pada induk sapi setelah perkawinan alami dengan pejantan yang menderita penyakit menular kelamin seperti bruselosis, trichomoniasis, vibriosis, dll. Pada pelaksanaan inseminasi buatan yang dilakukan intra uterine pada sapi betina, mempunyai resiko untuk terjadinya endometritis, karena mungkin saja bakteri yang terbawa oleh alat insaminasi (insemination gun) atau dalam semen masih tercemar oleh kuman kemudian dapat menulari uterus. Streptococcus, Staphylococcus, E.coli, P.aeruginosa, dan C.pyogenes adalah bakteri nonspesifik yang terdapat secara non pathogen di mana-mana dan sering menginfeksi uterus. Berat tidaknya endometritis yang diserita tergantung pada keganasan bakteri yang menularinya, banyaknya bakteri, dan ketahanan tubuh penderita. (Hardjopranjoto,1995)
Dalam sumber lain dikatakan bahwa etiologi adalah polimikrobial: campuran organisme aerobik dan anaerobik biasa dijumpai. Gram positif coccus diantaranya: Streptococcus agalactiae, Strep.viridans, Strept.faecalis, Staphylococcus aureus, dan Staph.epidermidis Beberapa kasus berat disebabkan oleh Streptococcus Group ABakteri gram negatif yaitu E.coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Enterobacter aerogenes, Gardnerella vaginalis (Chandran,2006)

Gejala Klinis
• Berupa adanya leleran vaginal berwarna putih/putih kekuningan yang akan meningkat pada saat estrus yaitu saat cerviks berdilatasi dan ada mucus vagina yang berlebihan. Leleran tersebut biasa disebut “leucorrhoea” yang berarti secret yang putih dan kental dari vagina dan rongga uterus.
• Terdapat tanda-tanda penyakit sistemik yang pada beberapa kasus menyebabkan penurunan produksi susu dan nafsu makan.
• Pada palpasi per rectal ditemukan adanya involusi uterus yang terasa seperti adonan (doughy feel)
• Dalam jangka pendek akan mengurangi fertilitas dan akan memperpanjang calving interval serta menurunkan angka service per conception (S/C).
• Sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan sterilitas yang dapat menimbulkan perubahan pada traktus genitalis yang bersifat irreversible.
(Arthur,1992)
Dari Hardjopranjoto (1995) menyebutkan bahwa endometritis dapat berupa kasus akut maupun kronis. Gejala klinis pada endometritis sering tidak begitu jelas. Demikian juga pada pemeriksaan melalui rektal atau pemeriksaan vaginal hasilnya tidak jelas, khususnya bila peradangan bersifat akut. Endometritis yang kronis disertai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (piometra), gejala-gejalanya akan lebih jelas, terutama pada waktu induk berbaring, akan ada cairan yang keluar dari alat kelamin luar berbentuk gumpalan nanah. Ini disebabkan uterus yang mengandung nanah atau cairan tertekan antara lantai kandang dan rumen. Kadang-kadang sukar menentukan apakah cairan tersebut berasal dari uterus atau serviks, karena umumnya serviks dan vagina turut serta dalam proses peradangan. Gejala lain yang mungkin dilihat khususnya endometritis yang akut pada sapi perah adalah suhu yang meningkat disertai adanya demam, sering urinasi, nafsu makan menurun, produksi susu juga menurun, denyut nadi lemah, pernafasan cepat, ada rasa sakit pada uterus, ditandai sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat dan sering merejan.
Pada pemeriksaan rektal, uterus mungkin teraba agak membesar dan dan dindingnya agak menebal. Endometritis yang berderajat ringan, melalui perabaan rektal mungkin tidak teraba adanya kelainan pada uterus. Pada anjing, endometritis berat sering diikuti dengan muntah-muntah (Hardjopranjoto,1995).

Diagnosa
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sitem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partus. Setiap sapi harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distokia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartus dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus.
Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix ( cervisitis) dan vagina ( vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.
Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.

Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama naetrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.


1996 Johns Hopkins School of Medicine,
http--oac_med_jhmi_edu-Pathology-Images-132B_gif.htm
Cara sederhana adalah melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tanganbiasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk mengeluarkan isi vagina


Treatmen
Tiga treatmen yang paling sering digunakan adalah PGF-2α parenteral atau analog, estrogen dan antibiotic intrauterine.
PENCEGAHAN
• Menyembuhkan penyakit metabolisme
ini sangat baik dengan memenuhi kebutuhan nutrisi sapi, salah satu caranya:
• Meningkatkan BCS 2 ke 3
• Memenuhi kebutuhan magnesium
• Perbaiki kebutuhan nutrisi, dan lingkungan kandang
• Menjaga kebersihan alat yang digunakan dalam pertolongan kelahiran
• Mengawinkan sapi betina hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya 60 ari post partus
• Dalam menangani retensi sekundinarum segera diadakan pertolongan dengan teknik yang baik dan menyeluruh, jangan ada sisa sekundinae yang tertinggal di dalam uterus.

TERAPI ENDOMETRITIS
• Antibiotik lokal atau sistemik
Oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6 gr (Intra Uterine)
Neomisin 500-1000 mg
• Prostaglandin atau estradiol
• Dengan terapi microwave dengan intensitas yang rendah.
Kelompok sapi diobati dengan metode berikut:
 Mengobati uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik, dengan total waktu penyinaran 1 menit.
 Pengobatan dengan apparatus IMG-42.2, dengan jalan kontak langsung dengan horn cap, menggunakan daerah antara sakral ke2 dan ke3. Area kontrol dari proses fisiologi ini berada di uterus. Waktu terapi kurang lebih 10 menit. Alternatif lain daerah radiasi lainnya adalah antara prosesus spinosus sakral 2 dan 3, kanan kirinya berjarak 4 jari. Waktunya 5 menit untuk tiap area, dengan total waktu 10 menit.
 Dari pengobatan sampai kesembuhan 1 tahap perhari, namun perharinya tidak lebih dari 10 tahap yang dilakukan

2 komentar:

Maryam mengatakan...

Alangkah baiknya ada referensi booknya..thks

Maryam mengatakan...

Alangkah baiknya ada referensi booknya..thks