Minggu, 26 Oktober 2008

Chronic Respiratory Disease

Pendahuluan
Mikoplasmosis adalah penyakit pada unggas yang disebabkan oleh beberapa spesies Mycoplasma, yang tergolong kelas Mollicutes, ordo Mycoplasmatales dan famili Mycoplasmataceae. Organisme ini merupakan prokariot terkecil yang membelah sendiri dan mempunyai dinding sel, tetapi dikelilingi oleh 3 lapis memmbran plasma. Beberapa dari spesies Mycoplasma mempunyai dampak ekonomik yang penting dari perunggasan sehubungan dengan penyakit primer yang ditimbulkan ataupun akibat penyakit gabunbgan yang ditimbulkan dengan agen penyakit lainnya.
Sekitar 17 spesies Mycoplasma telah dilaporkan pada unggas, namun hanhya 4 diantranya yang telah dinyatakan pathogen, yaitu Mycoplasma galliseptikum (Mg) dan Mycoplasma synoviae (Ms) pada ayam dan kalkun ; Mycoplasma meleagridis (Mm) dan Mycoplasma iowae (Mi) pada kalkun.

Infeksi Mycoplasma galliseptikum.
Infeksi Mycoplasma galliseptikum lebih dikenal dengan nama chronic Respiratory disease (CRD), merupakan penyakit pada ayam yang ditemukan pada semua kelompok umur.
Cronic respiratory disease pada ayam, dengan/ tanpa faktor komplokasi mempunyai dampak ekonomi yang penting, meliputi : gangguan pertumbuhan, produksi karkas, penurunan produksi telur, penurunanan efisiensi pakan dan peningkatan biaya pengobqtan dan biaya pencegahan. Disamping itu, penyakit ini juga menekan kekebalan oleh karena merusak dinding saluran pernafasan bagian atas, yang mempunyai peran penting dalam sistim kekebalan local. Chronic respiratory disease juga menyebabkna penurunan daya tetas telur.
Kejadian penyakit.
Penyakit ini dilaporkan terjadi di berbagai Negara penghasil unggas dunia. Diberbagai peternakan di Indonesia, CRD merupakan penyakit yang hampir selalu ditemukan pada setiap periode p[emeliharaan aym pedaging maupun petelur. Penyakit ini banyak ditemukan pada saat pergantian musim (kemarau ke hujan atau sebaliknya); selama periode curah hujan yang tinggi; selammusim kemarau panjang pada saat temperature dan kelembapan sangat berfluktuatif pada waktu siang dan malam.
Penyakit pernafasan menahun terutama terjadi di perternakan yang tata laksana perkandangannya kurang memenuhi persyaratan kesehatan.
Hospes alami dari CRD adalah ayam dan kalkun, walupun unggas lainya , meliputi itik peliharaan, burung peliharaan dan burung liar dapat juga terinfeksi oleh oprganisme tersebut. Ayam dan kalkun sangat sensitive selama periode beberapa hari pertama dan biasanya ketahanan akan meningkat sejlan dengan pertambahan umur. Adanya infeksi dengan mYcoplasma galiseptikum akan menyebabkan timbulnya suatu respon kekebalan yang menghasilkan suatu tingkat perlindungan tertentu. Disamping ayam dan kalkun, penyakit ini juga telah dilaporkan pada burung merak, angsa, burung puyuh, itik, kalkun dan beberapa jenis burung peliharaan dan burung liar.
Etiologi
Penyakkit ini disebabkan oleh mYcoplasma galliseptikum yang tergolong famili Mycoplasma taseae, genus mycoplasma. mYcoplasma galliseptikum dapat diwarnai dengan giemza dan bersifat gram negative lemah. Organisme ini umunya bersifat cocoid dengan ukuran 0,25-0,5 mikrometer.
Cara Penularan
Penyebaran dalam kandang ayam dapat terjadi melalui kontak langsung maupun secara tidak langsun g antara ayam sakit dengan ayam sehat, misalnya m,enelan percikan saluruhan hidung dan mulut dari ayam yang sakit.
Penularan dapat terjadi secara tidak lansuing melalui udara yang tercemar oleh debu atau leleran tubuh yang mengandung Mycoplasma galliseptikum; pakan/air minum, perlengkapan kandang, alat transportasi dan pekerja yang tercemar oleh organisme tersebut.
Penularan CRD dapat juga terjadi secara vertical melalui ovarium, transovarial, yaitu penularan dari induk kepada anaknya melalui telur. Para peneliti melaporkan bahwa organisme ini dapat diisolasi dari oviduct atau semen ayam yang terinfeksi.
Gejala Klinik
Gejala klinik mungkin tidak teramati bila tidak terjadi komplikasi. Tanda-tanda klinis yang paling sering terlihat adalah getah radang cair keluar dari hidung, cairan berbusa dari mata, dan pembengkakan sinus periorbital; gejala yang paling menonjol adalah ngorok basah akibat bunyi cairan yang melalui trakea, leleran dari hidung, dan batuk. Pada hidung dapat ditemukan adanya eksudat serus yang lengket. Bulu sayap kerapkali menjadi kotor oleh karena ayam akan berusaha untuk menggosok hidung dan mata yang mengeluarkan eksudat. Jika lesi hanya terjadi pada kantong udara, maka gejala klinik yang spesifik tidak akan muncul.
Mortalitas biasanya sangat rendah pada ayam dewasa, walaupun pada ayam petelur, jumlah yang berproduksi akan menurun. Pada grower atau ayam pedaging mortalitas biasanya rendah pada kasus yang tidak mengalami komplokasi. Sebalikny apda ksus yang mengalami komplikasi maka mortalitas dapat mencapai 30%.
Ayam yang dapat bertahan akan mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan produksi telur, penurunan kualitas karkas dan organ visceral. Di indonesia, penyakit ini paling banyak merupakan komplikasi dari gumboro, kolibasilosis, SHS, Infectious coryza dan IB.
Perubahan Patologik
a. Makroskopik
Peerubahannyang terlihat terutama meliputi pembentukan eksudat mucus sampai kaseus di dalam kavum nasalis dan para nasalis, trachea, bronchi, dan kantung udara. Kerap kali juga ditemukan adanya sinusitis. Kantong udara biasanya mengandung eksudat kaseus yang berwarna kuning terang walupun kadang-kadang hanya terlihat keruh. Pneumonia juga kadang nampak. Beberapa ahli juga melaporkan adanmya salpjhingitis; pada keadaan ini oviduct akan terisi oleh eksudat kaseus.
b. mikroskopik
pada stadium awal, infeksi Mycoplasma galliseptikum biasanya ditandai dengan menghilangnya silia dari epitel pada dinding saluran pernafasan. Pada infeksi berat lesi yang terlihat meliputi penebalan membrane mukosa saluran pernafasan akibat infiltrasi limfosit, makrofag, dan hyperplasia glandula mukosa. Pada daerah sub mukusa kerrap kali di temukan hyperplasia sel limfoid yang bersifat multifokal. Pada paru, dapat ditemukan adanya infiltrasi leukosit, makrofag dan sejumlah kecil heterofil diantara dinding para bronchi.
Diagnosis.
Specimen berupa tampon eksudat atau potongan jaringan alat pernafasan yang diambil sewaktu pemneriksaan klinis atau pasca mati dikirimkan dalam kleadaaan dingin ke laboratorium penyidikan penyakit hewan untuk isolasi mikroorganisme. Serum darah juga dikirim dalam keadaaan segar dingin untuk uji serologi.
Diagnosis penyakit ini dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan serologic seperti Rapid Plate Agglutination Test (RPAT), Enzim Linked Imunosorbend Assay (ELISA), Standar Tube Aglutination Test, Standart Hemaglutination Inhibition (HI) Test. Diantara beberapa uji serologim tersebut, RPAT merupakan tes yang praktis dan murah, yang banyak digunakan dilapangan.